Seperti ceritamu dulu, kalau aku adalah nyamuk ya si pengganggu .
bukit yang indah dengan bunga-bunga dan mentari yang bersinar melalui celah sempit diantara dedaunan.
hutan menghijau diujung timur jendela kita. Kau tidaklah si pengahalang besar bagiku untuk melihat si Hutan yang terus hijau dengan rimbun pepohonannya.
seandainya aku bisa memilih antara sahabat atau wanita yang ku cinta manusiawi aku memilih keduanya. tapi tidak mungkin bisa aku memilih wanita itu namun kau juga mencintainya. tapi manusia tidak kehabisan akal. kadang aku berfikir untuk mengkhianatimu seandainya aku memilihnya dan aku biarkan kau tidak mengetahuinya dan atau sebaliknya kau biarkan aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan aku tahu kau akan terluka dan masa bodoh dengan keadaanmu.
Tapi apakah harus seperti itu akhir kisah kita, tragis dihadapan hutan yang semakin suram dan rimbun.
Aku bukanlah Sangkuriang yang ingin menikahi Dayang Sumbi, atau aku juga bukanlah Romeo yang dihalang-halangi memiliki Juliet dan aku juga bukan siapa-siapa. Hanyalah cucu Adam yang ingin menjaga kekerabatan dengan yang lainnya dengan sahabat sejati yang telah lama mengerti bagai sinar matahari yang disambut oleh kicau burung Kutilang milik Paman Nuh tiap pagi.
Ya, kita tidak ada titik pun yang membedakan, saling mengerti, saling menghargai.
Pada akhirnya aku mengakui apa yang kurasakan terhadap wanita yang sama-sama kita ingini.
Ada hal yang perlu diketehui oleh manusia bahwa ada kesamaan untuk memperbaiki diri akal dan hati akan bekerja sama. Pada akhirnya aku ikhlaskan semua yang telah ada dihadapanku.
Aku bukanlah Sangkuriang yang ingin menikahi Dayang Sumbi, atau aku juga bukanlah Romeo yang dihalang-halangi memiliki Juliet dan aku juga bukan siapa-siapa.