“Apaan
sih?! Kata Mama kalo masih kecil gak boleh pacaran.”
“Van,
dicariin Vrisca tuh...”
“Apaan
sih Kak. Dari tadi juga Vrisca ada disini.”
“Iya
nih Kak Fadli aneh-aneh aja, siapa juga yang nyariin Ivan. Nanti aku
bilangin ke Mamanya lho.”
“Ciee
yang lagi pacaran.”
“Mamaaaa....
Kak Fadli nih gangguin Ivan sama Vrisca.”
Temanku
yang bernama Vrisca tidak pernah lagi terlihat oleh mataku. Sudah
hampir lima tahun sejak kepergian kami ke Malaysia membuat kami
terpisah jauh sekali dan tanpa tahu apa yang terjadi satu sama lain.
Mengingat dia dan kelakuan kami dahulu selalu membuatku terkikik
sendiri. Dia adalah teman pertamaku di sekolah dasar dua belas tahun
lalu. Selepas sekolah dasar kami berpisah jalan aku sekolah di
sekolah menengah di Jakarta dan melanjutkan ke Malaysia hingga kini.
Satu hal yang tidak pernah aku lupa tentang dia, dia selalu ada untuk
temannya ini, ya aku.
Tiga
tahun pertama berteman dengannya tidak pernah ada sedikitpun rasa
malu hadir dibenakku karena berteman dengan seorang anak perempuan.
Dia adalah teman pertamaku. Aku ingat saat pertama berkenalan, aku
sendiri berangkat dihari pertama sekolahku karena sekolah tidaklah
terlalu jauh bagiku hanya selemparan batu dan dia diantar oleh
ibunya.