http://www.terminaldesign.com/lettering/logotypes/ar/ |
Setiap berangkat ke
kampus gue selalu menggunakan jasa transportasi kebanggaan kota
Jakarta yaitu Bus Transjakarta. Dari rumah gue berangkat jam dua
siang karena perkuliahan akan dimulai jam tiga lewat lima belas sore
menurut gue waktu itu cukup untuk perjalan dari harmoni ke salemba.
Tetapi, apa yang kita rencanankan kadang tidak sama dengan kenyataan.
Setelah lama mengantre akhirnya tak kunjung datang bus yang sangat
didambakan kedatangannya itu untuk mengangkut para penumpang yang
sudah bermandikan keringat di
siang hari. Dan gue pun memutuskan untuk tidak ikut menunggu bus tersebut. Bagi gue menunggu adalah hal yang paling membosankan dan pastinya bagi setiap orang akan mengatakan hal yang sama. Kalau menunggu cuma lima menit masih bisa ditoleransi tetapi kalau berbelas-belas menit atau bahkan sampai puluhan menit sudah gak bisa ditoleransi. Seandainya waktu yang gue habiskan untuk perjalanan kekampus diakumulasikan mungkin bisa sampai satu minggu dalam sebulan.
siang hari. Dan gue pun memutuskan untuk tidak ikut menunggu bus tersebut. Bagi gue menunggu adalah hal yang paling membosankan dan pastinya bagi setiap orang akan mengatakan hal yang sama. Kalau menunggu cuma lima menit masih bisa ditoleransi tetapi kalau berbelas-belas menit atau bahkan sampai puluhan menit sudah gak bisa ditoleransi. Seandainya waktu yang gue habiskan untuk perjalanan kekampus diakumulasikan mungkin bisa sampai satu minggu dalam sebulan.
Akhirnya gue berhasil
mendapatkan sebuah angkot yang telah siap untuk mengangkut gue
kekampus. Siang itu semakin terasa panas gimana nggak, sopir angkot
yang angkotnya gue naiki malah memainkan klaksonnya untuk memainkan
menarik perhatian para calon penumpang yang sedang berteduh dibawah
lindungan halte dipinggir jalan. Sedangkan gue yang lagi galau karena
takut telat memainkan jari jemari gue kehidung sambil menatap tajam
sisopir angkot dengan penuh harapan akan segera menginjak gasnya.
Beberapa lama kemudian
angkot akhirnya terisi penuh barulah angkot itu berjalan. Dengan
sorak didalam hati gue meyakinkan bahwa gue tidak akan telat
kekampus. Tanpa disangka, ternyata kemacetan di ibu kota Negara ini
sudah parah. Terbukti siang yang panas begini jalan-jalan utama
seperti Jalan Salemba Raya penuh dengan kendaraan. Maceeeet… lalu
gue melirik jam. Lima menit lagi mulai. Pasrah paling gue telat.
Semoga dosennya gak killer ya, dalam hati gue penuh harap.
Tiba didekat kampus gue
berlari-lari kecil gak jelas disiang bolong ini menyusuri jalan yang
disinari oleh sinar matahari yang membakar kulit. Tidak sengaja gue
melihat sebuah angkot berwarna biru telor asin yang kaca jendelanya
bertuliskan dua buah huruf yaitu huruf abjad pertama dan abjad
kedelapan belas. Oh My GOD… kenapa harus disaat ini tulisan itu
muncul? Sebenarnya gue gak rugi apa-apa dengan adanya tulisan itu.
Kedua huruf itu membentuk sebuah inisial kepunyaan mantan gue. Ya,
mantan gue.
Tepat setengah empat
sore. Jantung gue tiba-tiba berdegup kencang, takut-takut baru masuk
sudah kena semprot dosen. Dari kejauhan pintu kelas terbuka dan gue
dengan jelas bisa melihat teman-teman gue―belum semuanya lengkap.
Dosen belum mulai mengajar masih mempersiapakan absen. Gue pun
melangkah masuk kelas lalu duduk. Dalam pikiran gue inisial tadi
bagaikan supporter yang selalu ada. Dan secara gak langsung
menyemangati gue untuk tetap kekampus meskipun telat. Lalu gue sms
dia. “Thank you, atas supportnya”
No comments:
Post a Comment