March 23, 2012

Unpredictable Initial


http://www.terminaldesign.com/lettering/logotypes/ar/
             Kemarin gue telat datang kekampus, alasannya gak bisa begitu aja diterima oleh siapapun termasuk gue. Hari sebelumnya gue capek banget maka terjadilah ketelatan ini. Hari itu merupakan hari kedua gu disemester kedua disebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Semester kemarin gue gak pernah ada kelas siang hari sebanyak semester ini. Ada tiga hari dalam seminggu dimana gue harus masuk siang selain itu tiap hari gue masuk siang cuma ada satu mata kuliah. Oooh..
Setiap berangkat ke kampus gue selalu menggunakan jasa transportasi kebanggaan kota Jakarta yaitu Bus Transjakarta. Dari rumah gue berangkat jam dua siang karena perkuliahan akan dimulai jam tiga lewat lima belas sore menurut gue waktu itu cukup untuk perjalan dari harmoni ke salemba. Tetapi, apa yang kita rencanankan kadang tidak sama dengan kenyataan. Setelah lama mengantre akhirnya tak kunjung datang bus yang sangat didambakan kedatangannya itu untuk mengangkut para penumpang yang sudah bermandikan keringat di
siang hari. Dan gue pun memutuskan untuk tidak ikut menunggu bus tersebut. Bagi gue menunggu adalah hal yang paling membosankan dan pastinya bagi setiap orang akan mengatakan hal yang sama. Kalau menunggu cuma lima menit masih bisa ditoleransi tetapi kalau berbelas-belas menit atau bahkan sampai puluhan menit sudah gak bisa ditoleransi. Seandainya waktu yang gue habiskan untuk perjalanan kekampus diakumulasikan mungkin bisa sampai satu minggu dalam sebulan.
Akhirnya gue berhasil mendapatkan sebuah angkot yang telah siap untuk mengangkut gue kekampus. Siang itu semakin terasa panas gimana nggak, sopir angkot yang angkotnya gue naiki malah memainkan klaksonnya untuk memainkan menarik perhatian para calon penumpang yang sedang berteduh dibawah lindungan halte dipinggir jalan. Sedangkan gue yang lagi galau karena takut telat memainkan jari jemari gue kehidung sambil menatap tajam sisopir angkot dengan penuh harapan akan segera menginjak gasnya.
Beberapa lama kemudian angkot akhirnya terisi penuh barulah angkot itu berjalan. Dengan sorak didalam hati gue meyakinkan bahwa gue tidak akan telat kekampus. Tanpa disangka, ternyata kemacetan di ibu kota Negara ini sudah parah. Terbukti siang yang panas begini jalan-jalan utama seperti Jalan Salemba Raya penuh dengan kendaraan. Maceeeet… lalu gue melirik jam. Lima menit lagi mulai. Pasrah paling gue telat. Semoga dosennya gak killer ya, dalam hati gue penuh harap.
Tiba didekat kampus gue berlari-lari kecil gak jelas disiang bolong ini menyusuri jalan yang disinari oleh sinar matahari yang membakar kulit. Tidak sengaja gue melihat sebuah angkot berwarna biru telor asin yang kaca jendelanya bertuliskan dua buah huruf yaitu huruf abjad pertama dan abjad kedelapan belas. Oh My GOD… kenapa harus disaat ini tulisan itu muncul? Sebenarnya gue gak rugi apa-apa dengan adanya tulisan itu. Kedua huruf itu membentuk sebuah inisial kepunyaan mantan gue. Ya, mantan gue.
Tepat setengah empat sore. Jantung gue tiba-tiba berdegup kencang, takut-takut baru masuk sudah kena semprot dosen. Dari kejauhan pintu kelas terbuka dan gue dengan jelas bisa melihat teman-teman gue―belum semuanya lengkap. Dosen belum mulai mengajar masih mempersiapakan absen. Gue pun melangkah masuk kelas lalu duduk. Dalam pikiran gue inisial tadi bagaikan supporter yang selalu ada. Dan secara gak langsung menyemangati gue untuk tetap kekampus meskipun telat. Lalu gue sms dia. “Thank you, atas supportnya”

No comments:

Post a Comment